Tari Belibis
Tari ini diilhami oleh cerita Angling Dharma yang merupakan seorang
Raja. Pernah nonton Angling Dharma tidak dulu waktu masih disiarkan di
salah satu tv swasta? Sudah lupa ya? Hehe. Jadi, karena suatu hal ia
harus meninggalkan kerajaannya dan merantau dari satu daerah ke daerah
lain. Dalam pengembaraannya, Angling Dharma bertemu dengan seorang putri
raksasa pemakan manusia. Raksasa merasa khawatir rahasianya diketahui
oleh Angling Dharma, dikutuklah Angling Dharma menjadi seekor burung
Belibis yang hidup di air. Tarian ditarikan oleh perempuan secara
berkelompok (biasanya).
Tari Cendrawasih
Tari ini mungkin bisa dibilang satu tipe dengan tari Manukrawa, tapi bedanya ini ditarikan oleh perempuan
yang
sudah remaja atau dewasa. Tarian ini menggambarkan sekelompok burung
Cendrawasih yang bertebrangan menikmati alam bebas, riang gembira,
bercanda, sambil memadu kasih. Tarian ini ditampilkan secara berkelompok
atau paling tidak dua orang. Indah banget kalau lihat tarian ini. :)
Kisah yang digambarkan di dalam tarian ini adalah menggambarkan
kelembutan serta kemesraan dari sepasang burung cendrawasih di
pegunungan Irian Jaya pada masa birahi saat menghiasi alam sekelilingnya
dengan tarian cinta mereka yang tersusun atas warna-warni pelangi
terpendar dalam rangkuman gerak mereka yang indah bagaikan penggalan
puisi para pujangga. Tari duet yang ditarikan oleh penari putri,
kendatipun dasar pijakannya adalah gerak tari tradisi Bali, beberapa
pose dan gerakannya dari tarian ini telah dikembangkan sesuai dengan
interpretasi penata dalam menemukan bentuk - bentuk baru sesuai dengan
tema tarian ini. Busana ditata sedemikian rupa agar dapat memperkuat dan
memperjelas desain gerak yang diciptakan.
Tarian ini diciptakan oleh N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem (yang juga
sebagai penata busana dari pada tarian ini) dalam rangka mengikuti
Festival Yayasan Walter Spies. penata tabuh pengiring adalah I Wayan
Beratha dan I Nyoman Widha pada tahun 1988.
Tari Ciwa Nataraja
Ciwa Nataraja adalah manifestasi Siwa sebagai penari tertinggi alias
Dewanya penari. Gerakan Siwa merupakan pancaran tenaga prima yang
kemudian menyatu sehingga terciptalah alam semesta ini. Begitu menerut
kepercayaan orang Bali.
Tari Condong
Tarian ini bisa dibilang tarian yang cukup sulit dan durasinya
juga cukup lama. Sekitar 11 menit, atau lebih ya.. saya agak lupa
persisnya. Tarian ini adalah tarian klasik Bali yang memiliki
perbendaharaan gerak yang sangat kompleks yang menggambarkan seorang
abdi Raja.
Tari Condong adalah sebagai pelestarian budaya Bali dalam upaya
mengajegkan Bali. Awalnya tarian ini menampilkan dua penari yang
menyimbolkan dua bidadari dari sorga yaitu bidadari Supraba dan
Wilotama. Namun, dalam perkembangannya sekitar tahun 1930-an, muncul ide
seniman untuk melengkapinya tarian ini. Tarian ini menjadi lebih hidup
dengan mengisahkan suasana kerajaan yakni menampilkan tingkah polah sang
raja dan sang abdi.
Walaupun tarian ini merupakan tarian dasar yang harus dikuasai oleh
penari, hingga saat ini tak ada yang tahu siapa pencipta tarian klasik
ini.
Tari Gabor
Tari ini merupakan tarian wanita yang mirip dengan tari Pendet. Bahkan
sebenarnya tari ini hanya merupakan variasi lain dari tari Pendet, namun
pembendaharaan geraknya lebih banyak, diambil dari gerak-gerak tari
upacara seperti Rejang. Tari Gabor biasanya ditarikan oleh dua orang
penari wanita atau lebih. Tari ini diciptakan oleh I Gusti Raka (dari
Saba) seorang dosen ASTI Denpasar pada tahun 1969. Tarian yang sejenis
kemudian diubah oleh I Wayan Beratha guru SMKI Denpasar pada tahun 1970.
Pada tahun 1972 I Wayan Beratha menciptakan tarian yang sejenis yang
dinamakan tari Panyembrama
Tari Gopala
Kata Gopala ini berasal dari bahasa Kawi, yang artinya penggembala. Tari
ini menggambarkan tingkah laku sekelompok penggembala Sapi di suatu
ladang penggembalaan. Ditarikan oleh laki-laki juga (biasanya yang saya
tahu laki-laki ya).
Tari Gopala merupakan tarian yang bertemakan kerakyatan yang
ditarikan sekelompok anak-anak atau remaja Putra, dimana tarian ini
digarap oleh I Nyoman Suarsa sebagai penata tari dan I Ketut Gede
Asnawa,MA sebagai penata tabuh, diambil dari penggalan cerita
pragmentari : “STRI ASADHU” Karya Ibu Ketut Arini,S.St. Tarian ini
diciptakan pada tahun 1983. Gopala adalah sebuah istilah dalam bahasa
Kawi yang berarti penggembala sapi. Tarian ini merupakan tari kelompok,
dan biasanya ditarikan oleh 4 sampai 8 orang penari putra. Dalam tarian
Gopala ini menceritakan aktivitas yang dilakukan oleh para pengembala
di ladang pertanian/sawah. Semua aktivitas tadi dituangkan kedalam
bentuk garapan tari misalnya: gerakan binatang sapi, memotong rumput,
menghalau burung, membajak sawah, menuai padi dan gerak lain-lainnya
yang berhubungan dengan aktivitas petani. Gerak tersebut di atas di olah
menjadi pola garap yang berbau baru dengan nuansa estetika kekinian.
Gerakan tari ini menjadi hidup apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh
dan semangat.
Tari Jauk

Tari
Jauk apabila ditinjau dari segi teknik gerak tarinya mirip sekali
dengan tari Baris. Tetapi dalam tari Jauk ini penarinya menggunakan
topeng Jauk dan gerakan tarinya bersifat improvisasi. Topeng Jauk selalu
berwarna menyala atau putih serta dengan mata melotot yang penuh
pandangan yang tajam sekali. Selain itu penari Jauk mengenakan sarung
tangan yang berkuku panjang. Apabila tari Jauk dipertunjukkan dalam
bentuk drama tari, yang cocok sekali ditarikan dengan tari Jauk ialah
peranan Rahwana dan Bima. Usia tari Jauk kemungkinan besar sama dengan
drama tari topeng yang lahir pada abad ke-XVII.
Tari Kecak
Kecak (pelafalan: /'ke.tʃak/, secara kasar "KEH-chahk", pengejaan
alternatif: Ketjak, Ketjack, dan Ketiak), adalah pertunjukan seni khas
Bali yang diciptakan pada tahun 1930-an dan dimainkan terutama oleh
laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih)
penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu
menyerukan "cak" dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah
Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun
demikian, Kecak berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang
penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi
dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan
harapan-harapannya kepada masyarakat.
Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain
kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka. Selain para
penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh
Ramayana seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa.
Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian sanghyang. Selain itu, tidak
digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada
kaki penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana.
Sekitar tahun 1930-an Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman
Walter Spies menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi Sanghyang dan
bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak memopulerkan tari ini saat
berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.
Tari Kupu–Kupu
Tari Kupu-kupu melukiskan ketentraman dan kedamaian hidup sekelompok
kupu-kupu yang dengan riangnya berpindah dari satu dahan ke dahan yang
lain. Tarian ini merupakan tarian putri masal yang diciptakan oleh I
Wayan Beratha pada tahun 1960-an.
Sumber : http://www.budayaindonesia.net/2014/02/mengenal-tari-tradisional-dari-bali.html