
Tari
Ula-ula Lembing merupakan tarian daerah Aceh Tamiang. Tarian Ula-ula
Lembing ditarikan oleh 12 orang atau lebih berputar-butar ke sekeliling
panggung bagai ular. Tarian ini harus dibawakan dengan penjiwaan yang
lincah dan ceria. Tari Ula-ula Lembing adalah salah satu tarian daerah
dari Kabupaten Aceh Tamiang. Tarian ini ditarikan dengan melingkar
menyerupai ular, dengan gerakan yang lincah dan dinamis.

Mesekat
salah satu tarian dari suku Alas di Aceh Tenggara, merupakan tarian
yang dibawakan oleh anak-anak sampai orang dewasa secara berkelompok
dengan posisi berbaris, seperti halnya orang shalat saat membaca
tahayatul akhir. Dalam tarian biasanya yang dipilih menjadi imam
adalah
kadi atau she yang nantinya menjadi panutan dalam gerak dan syair yang
dibacakan secara serentak dan serasi dan dilaksanakan dengan irama
shalawat dan qasidah.
Tari mesekat melahirkan suatu karya seni yang sifatnya klasik
tradisional, cara membawakannya harus dengan menghafal dari berbagai
ragam atau dengan cara berurutan. Dalam permainanya peserta memakai baju
adat dengan jumlah pemain minimal 18 orang. Dalam syairnya dapat
diartikan sebagai himbauan kepada masyarakat atau pemerintah desa,
camat, bupati tentang hal-hal pembangunan.

Tari
Guel adalah salah satu khasanah budaya Gayo di NAD. Guel berarti
membunyikan. Khususnya di daerah dataran tinggi gayo, tarian ini
memiliki kisah panjang dan unik. Para peneliti dan koreografer tari
mengatakan tarian ini bukan hanya sekedar tari. Dia merupakan gabungan
dari seni sastra, seni musik dan seni tari itu sendiri. Dalam
perkembangannya, tari Guel timbul tenggelam, namun Guel menjadi tari
tradisi terutama dalam upacara adat tertentu. Guel sepenuhnya apresiasi
terhadap wujud alam, lingkungan kemudian
dirangkai
begitu rupa melalui gerak simbolis dan hentakan irama. Tari ini adalah
media informatif. Kekompakan dalam padu padan antara seni satra,
musik/suara, gerak memungkinkan untuk dikembangkan (kolaborasi) sesuai
dengan semangat zaman, dan perubahan pola pikir masyarakat setempat.
Guel tentu punya filosofi berdasarkan sejarah kelahirannya. Maka rentang
90-an tarian ini menjadi objek peneilitian sejumlah survesor dalam dan
luar negeri.
Pemda Daerah Istimewa Aceh ketika itu juga menerjunkan sejumlah tim
dibawah koordinasi Depdikbud (dinas pendidikan dan kebudayaan), dan
tersebutlah nama Drs. Asli Kesuma, Mursalan Ardy, Drs. Abdurrahman
Moese, dan Ibrahim Kadir yang terjun melakukan survey yang kemudian
dirasa sangat berguna bagi generasi muda, seniman, budayawan untuk
menemukan suatu deskripsi yang hampir sempurna tentang tari guel.
Sebagian hasil penelitian ini yang saya coba kemukakan, apalagi memang
dokumen/literatur tarian ini sedikit bisa didapatkan.

Sebuah
kesenian rakyat Gayo yang dikenal dengan nama Didong, yaitu suatu
kesenian yang memadukan unsur tari, vokal, dan sastra. Didong dimulai
sejak zaman Reje Linge XIII. Kesenian ini diperkenalkan pertama kali
oleh Abdul Kadir To’et. Kesenian didong lebih digemari oleh masyarakat
Takengon dan Bener Meriah.

Tari
Bines merupakan tarian tradisional yang berasal dari kabupaten Gayo
Lues. Tari Bines merupakan bentuk tarian yang dimainkan oleh 12-14 orang
perempuan dengan gerakan mengayunkan tangan dan diikuti irama gerakan
badan serta alunan lagu-lagu Gayo yang di bawakan oleh salah satu
penari. Mereka menyanyikan syair yang berisikan dakwah atau informasi
pembangunan. Para penari melakukan
gerakan dengan perlahan kemudian berangsur-angsur menjadi cepat dan akhirnya berhenti seketika secara serentak.
Tari ini juga merupakan bagian dari tari Saman saat penampilannya. Hal
yang menarik dari tari Bines adalah beberapa saat mereka diberi uang
oleh pemuda dari desa undangan dengan menaruhnya diatas kepala perempuan
yang menari.

Kesenian
Tari Tarek Pukat ini menggambarkan aktifitas para nelayan yang
menangkap ikan dilaut, berasal dari daerah Kabupaten Aceh Besar Provinsi
Aceh, Tarek yang berarti “Tarik” dan Pukat adalah alat sejenis jaring
yang digunakan untuk menangkap ikan.

Tari
Ratoh Duek adalah sebuah tarian masyarakat Aceh yang tengah berkembang
pesat di Jakarta. Umumnya, masyarakat Jakarta mengenal dan menyebutnya
dengan nama Tari Saman. Hampir tidak ada perbedaan antara kedua jenis
tari ini, tari Ratoh Duek dilakukan oleh penari perempuan, sedangkan
tari Saman dilakukan oleh penari laki-laki.
Sumber : Nanggroeacehdarussalam.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar